Rabu, 08 Agustus 2012

Go to Bantul

GUA PINDUL

Salah satu gua yang cukup populer di Yogyakarta adalah Gua Pindul, yang terletak di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Kab Gunungkidul. Di Pindul, pengunjung dapat menelusuri gua di atas ban karet — atau sering disebut “tubing”. Berbeda dengan kebanyakan gua di Indonesia yang merupakan “gua kering” (yang dapat dimasuki wisatawan dengan sangat mudah), Gua Pindul ini termasuk “gua basah”, dengan sungai mengalir dari bagian depan hingga mulut gua di bagian belakang. Bersiap masuk ke gua dengan ban karet. Panjang gua sendiri berkisar sekitar 300 meter dengan aliran sungai yang sangat tenang. Pengunjung yang datang dan ingin melakukan telusur gua harus mendaftar terlebih dahulu dengan biaya Rp 30 ribu per orang. Biaya ini sudah termasuk ban karet, jaket pelampung (yang tahan beban 100 kg), dan pemandu. Barang-barang bawaan Anda dapat dititipkan di bagian keamanan, namun kamera harus tetap dibawa! Setelah mendaftar, Anda dipersilakan membawa ban karet menuju mulut gua, sekitar 200 meter dari bagian pendaftaran. Di sana, pemandu akan mengajak berdoa terlebih dahulu dan menjelaskan tata tertib. Salah satunya adalah, Anda dilarang membuang benda apa pun sembarangan karena pihak pengelola berusaha untuk menjaga kondisi gua dan sekitarnya. Gua Pindul terdiri dari tiga bagian; bagian terang, remang-remang, dan bagian gelap.

Di salah satu lokasi terdapat sebuat tempat yang datar, kabarnya dahulu merupakan tempat pertapaan. Di gua ini terdapat tiga satwa yang dilindungi, yaitu burung seriti, burung walet, dan kelelawar. Menurut pemandu, gua tersebut memang dibiarkan gelap tanpa penerangan untuk melindungi kelelawar yang hidup di dalamnya. Ada bagian gua yang menyempit hingga hanya cukup untuk satu ban karet. Pengunjung harus bergantian memasuki lorong ini. Pemandu akan membantu menarik ban-ban karet tersebut. Menjelang ujung gua, terdapat sebuah lokasi yang dapat digunakan untuk melompat. Benar kata si pemandu, sekali melompat Anda pasti ketagihan! Beberapa pengunjung sampai melompat 2 hingga 3 kali. Sampai di bagian luar gua, petualangan belum selesai. Pengunjung diharuskan naik dari pinggir sungai ke atas menggunakan tali. Pengelola memang sengaja tidak membuat tangga untuk membuat acara telusur gua menjadi lebih seru. Keseluruhan jelajah gua membutuhkan waktu 45 menit hingga 1 jam. Pengunjung diharuskan naik dari pinggir sungai ke atas menggunakan tali. 

Wisata di Gua Pindul sangat cocok bagi Anda yang gemar berpetualang, atau ingin berwisata bersama keluarga. Gua ini masih alami, pemandangan sekitarnya pun indah, sangat cocok untuk menghabiskan akhir pekan. Bila Anda berkesempatan berkunjung ke Pindul, jangan lewatkan juga kunjungan ke Gua Gelatik dan Monumen Jenderal Soedirman yang berada sangat dekat dari situ. Kalau ketagihan menyusuri aliran air dengan ban karet, silakan coba juga paket susur gua dengan ban karet di Sungai Oya tidak jauh dari situ. Waktu penyusuran di sini sekitar 1,5 jam. Tidak diperlukan persiapan khusus untuk melakukan cave tubing di Gua Pindul. Peralatan yang dibutuhkan hanyalah ban pelampung, life vest, serta head lamp yang semuanya sudah disediakan oleh pengelola. Aliran sungai yang sangat tenang menjadikan aktivitas ini aman dilakukan oleh siapapun, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Waktu terbaik untuk cave tubing di Gua Pindul adalah pagi hari sekitar pukul 09.00 atau 10.00 WIB. Selain karena airnya tidak terlalu dingin, jika cuaca sedang cerah pada jam-jam tersebut akan muncul cahaya surga yang berasal dari sinar matahari yang menerobos masuk melewati celah besar di atap gua. Sambil merasakan dinginnya air sungai yang membelai tubuh di tengah gua yang minim pencahayaan, seorang pemandu bercerita tentang asal-usul penamaan Gua Pindul. Menurut legenda yang dipercayai masyarakat dan dikisahkan turun temurun, Selain menceritakan tentang legenda Gua Pindul, pemandu pun akan menjelaskan ornamen yang ditemui di sepanjang pengarungan. Di gua ini terdapat beberapa ornamen cantik seperti batu kristal, moonmilk, serta stalaktit dan stalagmit yang indah.


Sebuah pilar raksasa yang terbentuk dari proses pertemuan stalaktit dan stalagmit yang usianya mencapai ribuan tahun menghadang di depan. Di beberapa bagian atap gua juga terdapat lukisan alami yang diciptakan oleh kelelawar penghuni gua. Di tengah gua terdapat satu tempat yang menyerupai kolam besar dan biasanya dijadikan tempat beristirahat sejenak sehingga wisatawan dapat berenang atau terjun dari ketinggian. Tatkala YogYES masih menikmati indahnya ornamen gua di sela bunyi kepak kelelawar dan kecipak air, mendadak pengarungan sudah sampai di mulut keluar gua. Bendungan Banyumoto yang



 PANTAI KUWARU 

Pantai Kuwaru berada di daerah Srandakan, Bantul, kurang lebih 29 KM keselatan Jogja. Selama di Jogja aku dah mengunjungi beberapa pantai. Tiap pantai punya ciri khas tersendiri. Seperti pantai “Kuwaru” ini, pantai nya sama seperti pantai kebanyakan dan ombak yang cukup tinggi jadi gak bisa berenang bebas ketengah. Akantetapi keunikanya dengan pohon cemara yang menghijau di sepanjang pantai. Di bawah rindangnya pepohonan cemara kita bisa bersantai sambil memandang lautan, kalo panas bisa berteduh di bawahnya. Jarang ketemu pantai yang banyak pepohonan cemara seperti dipantai ini.
Pantai “Kuwaru” cukup ramai pengunjungnya, karena memang cocok untuk bersantai keluarga dengan pepohonan cemara, di Pantai ini tersedia juga fasilitas permainanseperti kolam renang mini dan mengendarai ATV. Disepanjang pantai berdiri banyak warung makan yang akan memanjakan lidah dengan menu masakan laut dan juga makanan lain. Bersantai dan menikmati kuliner di bawah rindang pepohonan cemara sambil memandang laut pastilah sangat menyenangkan. 



 TAHU PONG

 Nama tahu pong berasal dari kata kopong atau kosong. Tahu yang digunakan untuk membuat hidangan tahu pong memang merupakan tahu yang kosong tidak ada isinya. Namun ada juga pendapat yang mengatakan bahwa nama pong berasal dari kata ‘phong’ yang dalam dialek Banlam (Hokkian Selatan) berarti menggembung.

 Hal ini cukup masuk akal mengingat pada mulanya tahu adalah makanan khas Cina yang dalam bahasa Hokian disebut dengan ‘tauhu’ (kedelai yang difermentasi), yang kemudian menyebar ke wilayah Asia Timur, Asia Tenggara, hingga ke seluruh dunia. Tahu goreng yang lezat ini kemudian disandingkan dengan sambal petis dan acar lobak. Petis inilah yang merupakan kuliner asli Indonesia. Berbeda dengan terasi yang dikenal hampir di seluruh kawasan Asia Tenggara, petis hanya dikenal di Indonesia khususnya di pesisir utara Jawa. Sejarah terciptanya petis berasal dari para nelayan di pesisir utara Jawa yang tidak ingin membuang sisa olahan makanan laut mereka. Sisa masakan tersebut lalu ditambah dengan gula jawa dan dipanaskan hingga mengental seperti saus dan digunakan sebagai teman makan kudapan. Dua jenis makanan dari dua budaya yang berbeda ini kemudian disandingkan dalam satu wadah sehingga terciptalah menu tahu pong yang mampu menggunggah selera. Anda yang suka pedas bisa menambahkan cabai yang telah diulek ke dalam petis yang telah dicairkan. Kemudian makanlah tahu bersama dengan sambal tersebut, sensasi gurih, asin dan manis segera terasa di mulut. Jangan lupa tambahkan acar lobak yang asam dan segar sebagai penyeimbang rasa.


 MIE LETHEK

 Mie lethek adalah salah satu kuliner dari Bantul yang berbahan tepung tapioka dan diproduksi dengan cara yang masih tradisional. Jenis kuliner ini sangat unik karena memiliki warna yang keruh kecoklatan sehingga tampak kurang menarik, karena warna keruhnya itulah mie ini disebut dengan Mie Lethek. Walau memiliki tampilan yang kurang menarik, namun citarasa mie lethek ini sungguh istimewa dan ngangeni di lidah. Mie lethek juga sering disebut mie bendo karena mengambil sebuah kampung yang memproduksi mie ini yaitu Desa Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul.

 Cara pembuatan mie lethek ini pun cukup unik, karena menggunakan tenaga sapi untuk menggiling adonan mie. Pamor mie ini sempat redup karena harus bersaing dengan berbagai macam produk mie instan yang ditawarkan di masyarakat, namun seiring waktu keberadaan mie lethek ini kembali eksis dengan mempertahankan citarasanya yang khas. Biasanya mie lethek disajikan dengan digodhog atau digoreng, dengan dilengkapi ceplokan telur bebek dan suiran daging ayam kampung. Untuk bisa menikmati kelezatan mie lethek yang melegenda silahkan saja datang ke Bantul, dan kebanyakan warung yang menghidangkan kuliner ini buka pada malam hari.

2 komentar:

  1. mantap.....saya tahu gua ini dari my wife yang sedang belibur di jogja dan sekarang sedang di gua Pindul ... next saya akan kesini...

    BalasHapus
  2. Silahkan dicoba juga nikmatnya mi lethek di Warung Mi Lethek Bantul Mbah Mendes Cabang Meguwoharjo, Depok, Sleman. Jl Ringroad Utara, sebelum belokan ke stadion Tajem (kulon LotteMart). Anda dijamin, teko pisan dadi tuman...

    www.mielethek.blogspot.com

    BalasHapus