Selasa, 12 Juni 2012

Menjelajahi hutan hujan papua

Perjalan surveyor yang menjelajahi semua pulau di negeri ku ini telah aku mulai sejak lulus dari sekolah  pemetan di kota kelahiran sejak tahun 2007, sudah berbagai tempat,baik pulau kecil,maupun besar telah aku singgahi,banyak suka duka yang aku alami selama menjadi petualang ,keluar masuk perusahaan,samapai akhirnya saya masuk sebuah BUMN. yang bergerak di bidang pertambangan.ya di PT.ANTAM saya mulai masuk dan mengenal dunia pertambangan.

Perjalalan di mulai dari jakarta menuju kota terbesar di bagian timur indonesia ini jayapura,yang langsung di sambut oleh indahnya danau sentani nan eksotis,,ya di menuju bandar udara sentani.

Dari sentani saya melanjutkan perjalanan menuju Oksibil sebuah kota pegunungan yang terletak di ujung timur pulau papua uang berbatasan langsung dengan Papua New Guinea

Oksibil adalah ibu kota Pegunungan Bintang Papua, kota kecil yang sejuk dan dingin ini terletak di ketinggian sekitar 1400 meter dari permukaaan laut, dengan panorama alam yang masih terasa asli dan asri kota oksibil terasa sejuk dan damai. Kota oksibil merupakan kota yang berada di cekungan yang dikelilingi tangkapan aiar hujan pegunungan kapur (kars) berkarakter hutan hujan pegunungan tinggi. 

Kesan lain yang menonjol di kota Oksibil adalah harga kebutuhan hidup baik kebutuhan pokok dan kebutuhan sekunder lainya. Contoh harga sayur kol dengan ukuran normal (sebesar kelapa) harga sudah pasti diatas dua puluh ribu per biji, semen per sak 800.000 - 1.200.000, bensin dan solar harga rata rata 35.000 per liter, demikian kondisi harga yang tinggi karena semua sangat tergantung pasokan dari kota Jaya Pura dengan aalat tranport satu satunya hanya pesat udara.




Dari oksibil saya melanjutkan perjalanan ke camp eksplorasi PT.Antam unit geomin menggunakan helikopter MI milik TNI AD,perjalanan dari oksibil ke segnam menggunakan heli hanya 15 menit saja,tapi kalau kita berjalan kaki menghabiskan waktu kurang lebih 6 hari untuk mencapai camp utama itu.

Subhanallah,subhanallah,kata-kata itu yang keluar dari hati,dan mulut saya ketika pertama melihat rimbanya hutan yang belum terjamah oleh manusia.



WELCOME to SEGNAM 
Adalah tulisan yang pertama yang saya ketika turun dari helikopter yang mengantarkan saya ke lokasi camp PT.Antam unit Geomin.

Hutan hujan oksibil


Hijauanya Hutan di oksibil bukan gambaran kecukupan akan daya menyimpan air, yang umumnya terjadi di hutan hutan lain di luar papua, hal ini yang sering mengecoh kita, bahwa kita sering beranggapan bahwa hijau hutan identik dengan tingginya air yang disimpan dalam hutan, ini tidak berlaku di hutan oksibil. Kenapa demikian, karena lantai hutan di sana merupakan batu kars hampir sama dengan Wonosari, yang memiliki solum tanah sangat tipis, namun karena karakter hutan hujan pegunungan tinggi yang memiliki intensitas dan jumlah hujan yang tinggi maka sifat hijau vegetasinya juga selalu tampak lestari, padahal sebenarnya jangka panjang sangat rawan kekeringan apabila salah pengelolaannya. Coba bayangkan apabila hujan di oksibil sempat tidak turun selama 2 -3 minggu, saya percaya kekeringan sudah tentu akan dirasakan, apalagi tempat penyimpanan air alami (reservoir) yang ada saat ini khususnya di lembah justru sekarang banyak berubah menjadi tempat pemukiman (kota) , maka perencanaan pemanfaatan sumber daya lahan dan hutan serta pengelolaannya sudah barang tentu harus secermat mungkin dan mengedepankan kelestarian lingkungan menjadi sangat prioritas saat ini.




Berburu di hutan 

Berburu merupakan hal atau kebiasaan manusia mencari atau mengejar binatang dengan cara jituh yang mereka miliki. Dengan cara- cara yang mereka miliki inilah merupakan kebiasaan atau sistem social masyarakat. Pengertian perburu menurut Kamus besar bahasa Indonesia mengejar untuk menangkap binatang di dalam hutan.



Alat berburu



Di daerah Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, untuk berburu binatang ( kuskus pohon) atau bintang lainya, menggunakan senjata tradisional. Senjata tradisional ini adalah busur dan anak pana. Anak pana ini ada berbagai jenis, diantaranya; betop, awel, batol, arah (sebutan dari bahasa Ngalum). Dari ke empat anak panah diatas fungsinya masing- masing.

Betop merupakan salah satu anak panah yang berjenis besar. Anak panah (betop) terbuat dari bambu. Cara membuat anak panah (betop) ini adalah mengambil babu yang sudah tua, lalu kemudian dipotong- potong. Setelah itu, di belah- belah menjadi beberapa bagian kemudian akan dikeringkan diatas atap tungku api. Setelah kering, lalu kemudian akan dibuat menjadi anak panah. Bentuk anak panah ini adalah tidak bulat panjang, tetapi agak tipis dan lebar dan kedua ujungnya tajam. Anak panah ini biasa gunakan untuk membunu babi atau sapi, rusah, dan binatang yang berjenis besar.
Awel ini merupakan salah satu jenis anak pana yang dibuat dari kayu sembarangan.  Bentuk anak panah ini seperti paku seng. Fungsi anak panah ini adalah untuk membunu ular atau cecak, burung, tikus tanah, dan binatang yang berjenis kecil lainya.
Batol merupakan salah satu jenis anak panah yang dibuat dari akar buah pandan atau dengan kayu. Fungsi utama anak panah ini adalah untuk membunu burung, kuskus, tikus tanah, ikan, dan binatang lainya, dan.
Arah merupakan salah satu jenis anak panah yang di buat dari kayu yang khusus. Karena anak pana ini merupakan anak pana yang paling penting dan berbahaya. Anak pana ini pajang dan ada giginya, untuk merobek binatang. Jenis anak pana ini,  paling utama dan peranan penting  dalam berburu atau pun gunakan dalam perang. Dalam fungsinya adalah gunakan untuk membunuh manusia, kuskus, babi, sapi, dan binatang lainya.

Jadi pada intinya adalah bahwa cara berburu kuskus pohon, ini ada maksud tertentu yang berarti bagi masyarakat. Kedua  acara ini harus digelar atau di lakukan bersamaan hingga berakhirnya. Karena kedua acara ini saling mendukung satu sama lainya (ada kaitanya/ hubungan timbale - balik ).
Berburu kuskus hanya sekedar (bukan karena adat) ini dalam pencariannya dan untuk mendapatkan bintang ini sangat susah. Dan hal ini kemungkinan besarnya adalah kuskus ini merupakan salah satu binatang  yang berlambang atau simbol dalam  tata cara adat (atangki) masyarakat Kabupaten Pegunugan Bintang. Aratinya kuskus ini sebagai salah – satu binatang yang berarti bagi kehidupan masyarakat Pegunungan Bintang, Papua.  Lalu kemudian, istilah yang biasa di gunakan dalam bahasa ngalum adalah kakaki. kaki artinya symbol keperyaan bagi masyarakat pegungungan bintang dimana mendewasakan anak  anaka  laki- laki sebagai pemegang pondasi atau pengganti Bapak. Oleh karenanya kalau kita cari bintang ini begitu sekedar saja tidak mudah untuk menemukanya.

Untuk mencari atau  berburu binatang ini,  kita harus menggunakan peralatan berburuan yang lengkap. Peralatan atau bahan untuk mencari kuskus pohon antara lain: busur dan anak pana, peluru cis, senapan angin, senter, baterai (batere), percis, dan perlengkapan lainnya. Kadang kalah dalam pemburuan binatang ini tidak tentu kita dapat, dan sebaliknya.  Kadang tidak.
Tempat atau lokasi yang kita mau berburu bukan di ladang tau kebun, tetapi kita mencarinya di hutan belantara menggunakan senter atau cahaya bulan. Untuk ketemu binatang ini, tentu punya cara- cara tersendiri, yaitu kita duduk mendengarkan jejaknya ia mencari makan, atau pada saat ia jalan mencari makan lalu kita bisa ketahuinya. Kedua,  kalau  mau ketemu denga cepat, kita harus membawa  anjing. Kalau anjing yang kita bawa ini menggong -gong, maka itu menandakan bahwa ia ada lihat kuskus atau binatang lainya.
Setelah kita ketemu  binatang ini, kita mulai mengancang- ancang untuk membununya. Kalau pake anak pana, tentu akan panjat  pohon  lalu memana atau menembakinya. Kalau menembaki menggunakan senapan angin, hanya tinggal pompa dan menembakinya. Tapi belum tentu kita begitu tembak ia mati, tapi tembak berkali- kali baru ia bisa mati. Namun kita tembak pada sasaranya, maka ia langsung mati. Alat – alat apa sajakah yang biasa digunakan mencari atau berburu kuskus pohon ini? Marilah kita lihat satu- per satu.
Untuk berburu kuskus atau binatang lainya menggunakan alat- alat tradisional. Alat – alat teradisional yang sering digunakan adalah sebagai berikut: anak pana (arah), busur (ebon), dan alat- alat lainya; seperti batol, awel, betop dll.  Alat- alat ini harus disiapkan dalan jumlah yang banyak  khusunya anak pananya.
Adakalah mereka tidak menggunakan alat- alat diatas, hanya mereka membawa anjing dan parang saja.  Kalau ada yang  melihat kuskus pohon hanya mereka tinggal mengusir kearah anjing untuk menangkap atau membununya. Anjing yang mereka bawa itu sudah terlati sejak kecil untuk berburu.

Bukan dengan cara itu saja, melainkan cara lainya adalah jerat. Jerat ini mereka buat diatas pohon- besar, dengan maksud kalau kuskus lewat bisa menyeratnya. Cara lainya lagi adalah masyarakat pegunungan Bintang sebut adalah tangop.  Tangop artinya, salah satu cara yang dibuat untuk mendapatkan kuskus. Cara ini sangat sederhana, yaitu seketik tempat dimana kuskus lewat itu mereka akan buat semacam pagar, tetapi diatasnya pagar itu, ada potongan kayu. Dan misalnya kuskus lewat, potongan kayu itu jatuh dan menindisnya.
Setelah masuknya pengaruh luar di tengah- tengah masyarakat Kabupaten Pegunungan Bintang, sebagaian alat- alat tradisional telah punah.  Dan sekarang mereka berburu kuskus menggunakan senjata cis atau senapan angin. Bahkan alat penerang yang mereka gunakan sekarang adalah senter, bukan lagi merek mencari menggunakan cahaya bulan di malam hari. Tetapi hebatnya adalah bahwa masa dulu mereka menggunakan alat- alat tradisional dan cepat mendapatkan binatang  ini dalam waktu sekejap. Tetapi sekarang kalau mau ketemu binatang ini sangat susah. Tetapi kemungkinan besar, masa dahulu alam juga mendukung maka mereka cepat untuk menemukannya.
Berdasarkan cerita Bapa kepala suku di pepera, dulu itu kita cari binatang itu mau adakan acara adat lalu kita cari binatang ini. Dan  acara berburu yang kami lakukan duluh itu secara adat katanya. Jadi untuk mendapatkan binatang (kuskus) tidak  lama. Lalu ia pun membandingkan  masa kini dengan masa lalu. Kata Bapaku sekarang kan kamu carinya karena bukan adat, hanya sekedar mau makan saja. Makanya kamu tidak menemukannya, carinya susah lalu dapat hasilnya. Tetapi kami berburu karena mau mengadakan ritual atau mengadakan acara adat.
Kuskus yang dapat tembak, tetapi ia tidak mau mati, ini menandakan bahwa kuskus itu belum waktu untuk meninggal. Hal ini masyarakat mereka tahu dan mereka akan kastinggal mencari yang lainya. Dalam pencarian bukan karena adat ini, kadang dapat dan kadang tidak.
Alat penerang yang mereka gunakan pada zaman dahulu  adalah cahaya bulan (malam hari). Artinya bahwa, mereka (masyarakat Pegunungan Bintang) zaman dahulu mereka berburu kuskus ini menggunakan cahaya bulan (sebelum masuknya pengaruh dari luar). Cara berburu ini, mereka akan lihat suaca. Kalau suacanya cerah dan bulan terang, itulah waktu yang pas bagi masyarakat Pegunungan Bintang untuk mencari kuskus pohon.  Kalau mereka ketemu kuskus, mereka harus panjat pohon lalu memana atau membunuhnya menggunakan anak panah.

Di daerah Pegunungan Bintang yang sekarang terjadi adalah mereka tidak mau beruru tanpa ada alat- alat penerang terutama, senter dan senapan angin (cis). Namun anehnya adalah, mereka berburu  menggunakan alat- alat yang lengkap, tidak seperti duluh tapi mereka tidak mendapatkan atau tidak menemukanya bintang tersebut. Dan inilah muncul pertanyaan besar. Hal ini saya sendiri sudah menghalami waktu berburu. Bukan saya saja mengalaminya, tetapi banyak orang mengatakan demikian.
Setelah masuknya pengaruh luar di daerah Pegunungan Bintang mereka sudah tinggalkan kebiasaan yang dulu. Alat- alat tradisional yang dulu mereka gunakan untuk berburu kuskus mereka tinggalkan. Tetapi menurut resepsi saya, hal itu baik dan bisa tidak. Karena semuanya ada yang baik dan ada yang buruk. Oleh karena itu, kita jangan semua kebiasaan dulu dihilangkan. Tetapi juga perluh kita merawatinya dan melestarikan apa yang dianggap baik, dan sebaliknya.

Fungsi utama dalam acara berburu kuskus pohon  adalah untuk mendewasakan anak laki- laki menjadi manusia yang dewasa dalam mentalnya. Fungis yang kedua adalah apabilah ada seseorang sakit, untuk menyebukan orang sakit ini melalui acara berburu. Karena hal ini merupakan suatu kepercayaan atau suatu kebiasaan yang diwariskan secara turun temur. Kepercayaan atau kebiasaan ini masyarakat pegunugan bintang sangat percaya dan selalu diakui oleh setiap kelompok, setiap idnvidu dan masal.
Sestem religi atau system kepercayaan terhadap suatu alaah ini berkakitan dengan Atangki(Allah). Dimana masyarakat Pegunungan Bintang percaya kepada Atangki sebelum masuk ajaran gereja Katolik.  Berburu kuskus ini salah satu cara masyarakat menyembah kepada Atangki dengan maksud “kamulah yang kkuasa” . karena semua yang ada di muka bumi ini engkaulah yang menciptakannya. Engkaulah pelindung kami,

System social masyarakat pegunugan Bintang ada enam tingkat. Enam tingkat ini berdasarkan Adat. Karena di dalam rumah honai (bokam) ada enam tempat yang sudah sah.  Dari ke enam tingkat social ini tidak ada yang kaya, dan tidak ada yang miskin, semuanya sama.  Karena setiap manusia hidup di bumi ini hanya sementara. Hanya sebentar singgah dan sebentar akan pergi untuk selamanya. Oleh karena itu, masyarakat di daerah ini semuanya sama drjat. Tidak ada yang dianggap “ saya saja hebat, sementara yang lainya tidak.
Makna dalam acara ini paling berarti bagi masyrakat Kabupaten Pegunungan Bintang. Terutama adalah anak – anak atau generasi mudah,  baik wanita maupun pria. Anak yang sudah lalui dalam proses ini cara berpikirnya akan berbeda dengan yang tidak. Bukan hanya cara berpikir saja, tetapi dalam hal apa saja, entah pekerjaanya dia, cara berburunya, cara menanggapi sesuatu denga cepat.  Hal lain lagi adalah bahwa ia akan terjamin dalam kesehatanya, dalam keluarganya, untuk menghadapi tantangan yang dihadapinya dengan rendah hati. Oleh karenanya.

Acara ini kapan saja bisa diadakan. Hanya saja, harus sesuai dengan situasi yang ada di lingkunganya. Apabilah ada yang merasa sakit, atau mau ketempat lain karena ada kegiataan, maka akan ada acara tersebut di mulai. Lalu ada hal yang menarik dari acara ini adalah ibu yang hamil. Apabilah ibu tersebut hamil, lalu kesehatanya terganggu  maka mereka akan gelar acara ini.
Unik memang inilah wajah asli pribumi penghuni pulau paling kaya di negeri ini.

Deden Rojudin/Oksibil,Papua

3 komentar:

  1. Wah serarching kondisi di segnam yang kerja di PT antam, pas banget nemu blog ini, keren-keren, boleh menanyakan sesuat kah? kebetulan pacarku di tugaskan di segnam PT Antam disana sebagai medis, Awal Juli baru berangkat k jayapura, pertengahan bulan baru di berangkatkan lg ke segnam, tidak ada jaringan kah disana? bagaimana dengan supply makanan? bisa pulang, atau bisa pergi minimal ke oksibil berapa bulan sekali? terimakasih

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah untuk sekarang aman terkendali stok makanan banyak,belajar dari sebelumnya,,,,ada WiFi sekarang jadi bisa berkabar memupuk rindu,,,,:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah kalo gitu seenggaknya keluarga di rumah, lenyap dari perasaan harap2 cemas. semoga hutan papua tetap bersahabat dengan kalian yg sedang berjuang di papua.

      Hapus